3 Kemungkinan Penyebab Kematian Afif Maulana Versi Kompolnas dan Polisi, Saksi Mata Masih Dicari

TRIBUNNEWS.COM, PADANG – Direktur Urusan Sehari-hari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen (Kasihan) Benny Mamutu mengungkap beberapa kemungkinan penyebab meninggalnya Afif Maulan, siswa SMA yang tewas di Jembatan Karanji, Minggu pekan lalu. ditemukan tewas di bawah. (9/6/2024).

Hal itu diungkapkan Benny Mamoto pada Kamis (27/6/2024) pukul 03.00 dini hari, berdasarkan hasil pemeriksaan lokasi penemuan jenazah Afif Maulana.

Kedatangan pimpinan Kampulnas tersebut bertepatan dengan bentrokan puluhan orang yang diperkirakan terjadi pada Minggu dini hari (09/06/2024).

Kemungkinan besar dia terpeleset dan mencoba melompat ke laut atau sengaja lari ke sungai, namun dia tidak menyangka sungai itu kering atau tidak ada airnya, jelas Benny Mamoto saat mendarat di atas batu tersebut dan dikutip TribunPadang.com.

Namun Benny Mamoto belum bisa mengambil kesimpulan awal atas kasus kematian Afif sebelum mendapatkan rincian lengkap dari berbagai pihak.

Ia mengatakan, permasalahan ini sudah beberapa kali dibahas dan akan dibahas kemudian.

Menurut Benny, kita sudah mengetahui kemana perginya Afif dan Alf, setidaknya dengan melihat TKP untuk mengetahui detail awal kejadian tersebut.

“Lalu seberapa jauh, berbicara atau tidak, lihat apa yang dikatakan Afif (SAW), karena tidak terlalu jauh, lalu cahaya, cahaya, lalu kondisi jaraknya. Terlihat di sana melalui puing-puing.” dikatakan.

Benny mengatakan akan memeriksa silang para saksi, khususnya A sebagai saksi kunci.

Ditegaskannya, Kampolnas bersama Polda Sumbar dalam kasus ini ingin memberikan pencerahan semaksimal mungkin atas kejadian tersebut, seperti menjawab rumor simpang siur tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dia menyimpulkan: “Ketika rumor menyebar yang tidak dimulai dengan fakta yang dapat dibuktikan, hal itu membingungkan orang. Itu sebabnya kami ingin memulai dengan fakta terlebih dahulu, lalu melihat mana yang benar dan mana yang tidak.” . Afrinaldi (36, kanan) dan Anggan (32) berfoto bersama mendiang putra sulungnya Afif Maulana (13) di kantor LBH Padang, Sumatera Barat, Kamis (Kamis). 20/6/2024). Pada Minggu (06/09/2024), seorang siswa SMA ditemukan tewas dengan luka-luka di bawah Jembatan Batang Koranji Padang dan diduga disiksa oleh polisi. (Dr. LBH Padang/Ist) Polisi mengungkap penyebab kematian Afif

Sementara itu, polisi menduga Afif Maulana merupakan bagian dari kelompok yang akan melakukan tawuran pada Minggu pagi (9/6/2024).

Korban diduga melompat ke bawah jembatan Karanji dan ditemukan tewas.

Namun pihak keluarga mencurigai putranya tidak terlibat tawuran.

Menurut keluarga, Afif meninggal akibat penyerangan polisi.

Kabid Humas Polda Sumbar, Kompol Doi Sulestiwan, mengaku sudah menginterogasi 39 anggota Polri terkait hal tersebut.

Menurutnya, 18 orang ditangkap dengan senjata ringan oleh polisi Karanji selama tindakan pengamanan.

Namun Afif Maulana tidak ada di sana.

Afif diduga melompat dari Jembatan Karanji.

Ia mengatakan, tidak ada saksi yang melihat Afif Maulana melompat dari jembatan Karanji.

“Kami masih mencari saksi, mohon masyarakat yang menyaksikan dan menghubungi Polda Sumbar jika Afif Maulana melompat.”

Pihaknya kini fokus mengungkap kasus kematian Afif Maulana.

Polisi sejauh ini baru menemukan satu saksi kunci, Idda.

Dia berkata: “Itulah sebabnya kepala polisi setempat dengan tegas mengatakan bahwa siapa pun yang melihat ini harus memberi tahu kami. Ini tentang informasi dan kami tidak bisa berspekulasi.” CCTV tidak berfungsi dengan baik

Kapolsek Doi Sulestiwan, Humas Polda Sumbar menjelaskan, Polsek Koranji memiliki kamera CCTV, namun CCTV tersebut tidak berfungsi dengan baik.

“Jadi kami tidak mencatatnya,” kata Komisaris Polisi Doi Slestevan.

Selain itu tidak ada CCTV di area jembatan Karanji.

Kamera CCTV hanya tersedia di Cafe Uje BP, namun fokus hanya di area parkir. Keluarga menuntut keadilan

Keluarga Afif Maula dibawa ke Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatera Barat (Sambar) tanpa penyiksaan pada Rabu (26/6/2024) sore.

Ibu Afif, Ayah, Kakak, Kakek dan beberapa anggota keluarga lainnya hadir.

Adik laki-laki Afif terlihat di antara para pengunjuk rasa yang memegang foto kakaknya.

Keluarga Arwashad Afif yang lain juga mengajukan beberapa petisi seperti “Kami keluarga AM menyangkal anak kami melompat dari jembatan Karanji”, “OTW Justice”, “Anak kami ‘AM’ adalah anak yang luar biasa, bukan, anak”. dari kekacauan.”

Ada pula artikel yang berjudul “Pak Kapolres Kapolda, mohon berikan keadilan kepada mendiang Afif Maulana dan keluarga”, “Beri kami kepastian hasil otopsi “AM”.

Ayah Afif, Afrinaldi (36), pun meminta keadilan terhadap putranya.

“Saya ayah Afif dan kami sekeluarga datang ke sini untuk menuntut keadilan atas anak kami yang dianiaya dan disiksa serta ditahan di bawah jembatan. Kami tidak bisa menerima perilaku ini,” kata Afrenaldi.

Ia menambahkan, keluarganya tidak terima dengan pernyataan Kapolsek setempat yang menyebut Afif melompat dari jembatan Karanji.

Dia berkata: “Barang bukti di tubuh anak saya menunjukkan adanya luka akibat kekerasan. Mengapa Kapolsek setempat hanya menerima keterangan A? Tapi masih banyak saksi lainnya.”

Afrenaldi mengatakan, keluarga Afif terus memperjuangkan keadilan.

“Saya minta Kapolri, Kapolres setempat mengusut kasus anak saya secara tuntas dan transparan, serta menghukum pelakunya seberat-beratnya. Kami minta hasil visum dan visum bisa dipublikasikan. Keluarga kami,” kata Afrenaldi.

Ibunda Afif, Anggun (32), pun meminta Kapolda dan Kapolda Sumbar mengusut tuntas kasus putranya saat demonstrasi. Ia menuntut pelakunya dijatuhi hukuman mati dan dibebastugaskan dari jabatannya.

Nenek Afif yang turut serta dalam aksi Hari Anti Penyiksaan ini mengatakan: “Pak Kapolri, Kapolres, tolong selesaikan kasus cucu saya. Tolong, saya bisa.” Saya tidak mengizinkan anak saya melompat dari jembatan.”

Adik laki-laki Afif menambahkan: “Saya menuntut keadilan untuk adik saya, tolong beri dia hukuman mati dan pecat dia. Terima kasih Kapolri,” tambah adik Afif.

Puluhan aktivis berpakaian hitam mengikuti aksi Hari Anti Penyiksaan tersebut.

Dalam aksinya, masyarakat awam juga membawa ciri-ciri aksi berupa gambar mayat sebagai simbol solidaritas kepada Afif.

Selain sambutan, upacara peringatan mendiang Afif juga digelar dalam pertemuan tersebut. Sejumlah spanduk juga dipasang di Mapolda Sumbar.

Para pengunjuk rasa baru meninggalkan Mapolres Sumbar hingga larut malam.

Melanjutkan sambutannya, mereka meminta Kapolda Sumbar Irjen Paul Sahariono datang menemui keluarga Afif.

“Minta maaf ke keluarga korban. Di mana Kapolsek setempat? Turun, jangan hanya menyampaikan belasungkawa di TV, turun dan minta maaf langsung ke keluarga korban.” Polda Sumbar diminta fokus menangani kasus kematian Afif

Koordinator Satuan Pertahanan LBH Padang Dikki Rafiki mengatakan, Polda Sumbar ingin mencari orang yang mempublikasikan meninggalnya Afif Maulana.

Menurut kuasa hukum Afif Maulan, seharusnya Polda Sumbar fokus menyelesaikan kasus tersebut. Dia tidak membuat alasan apa pun.

“Sepertinya ada yang tidak beres, Polda Sumbar. Kenapa? Seharusnya Polda Sumbar fokus pada kasusnya, bukan mencari pembenaran dan lain-lain,” ujarnya. /6/2024).

Dickey menilai Polda Sumbar tidak serius menyikapi meninggalnya Afif Maulana.

“Menurut kami, Polda Sumbar tidak serius menangani kasus ini. Malah mencari korban di baliknya,” ujarnya.

Dickey juga menudingnya menghalangi penutupan kasus tersebut.

“Ya itu salah satu bentuk keakraban dalam bisnis ini.

Seperti diberitakan, kabar bocah bernama Afif Maulana alias AM (13) diserang hingga dibunuh oleh sejumlah polisi di Padang tersebar di media sosial.

Polda Sumatera Barat (Sambar) menilai peristiwa virus tersebut telah merusak citra institusi kepolisian.

Alhasil, Polda Sumbar kini sedang mencari pembocor tersebut

Berdasarkan informasi Kompas.id, Kapolda Sumbar, Irjen Suhartoyo, pada Minggu (23/6/2024) mengatakan, pihaknya sedang mencari pelaku yang menyebabkan kasus AM menjadi viral. oleh petugas polisi.

Suhartio mengaku polisi merasa menjadi korban sidang pers akibat pemberitaan yang viral.

Ia juga mengatakan, informasi mengenai kasus tersebut mencemarkan nama baik kepolisian.

“Polisi dituduh menganiaya seseorang hingga mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Tidak ada saksi dan bukti. Tidak ada kaitannya dengan Afif Maulana dalam penyidikan 18 pemuda yang ditangkap,” kata Suhriyanto.

Sumber: (TribunPadang.com) (Tribunnews.com/Rahmat W Nugraha/wik)

Cuplikan artikel ini dimuat di TribunPadang.com, setelah Kapolri mengidentifikasi beberapa kemungkinan penyebab meninggalnya Afif Maulana usai melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *