3 Ancaman SYL dan Anaknya ‘Peras’ Pejabat Kementan, Paksa Mengundurkan Diri hingga Copot Jabatan

TRIBUNNEWS.COM – Mantan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) disebut berulang kali “menekan” pejabat Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.

Hal itu diungkapkan sejumlah pegawai Kementerian Pertanian saat menjadi saksi dalam persidangan kasus pungutan liar dan kepuasan Kementerian Pertanian yang digelar pada Senin (13/5/2024) dan Rabu (15/5/2024). .

Ada berbagai strategi yang digunakan SYL agar bawahannya mau berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. 1. Meminta pejabat mengundurkan diri

Dalam perjalanannya, terungkap bagaimana SIL melakukan pemerasan terhadap sejumlah pegawai Kementerian Pertanian.

Direktur Jenderal Hortikultura (Dirjen) Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan SYL telah meminta pejabat Kementerian Pertanian mundur jika tidak sependapat dengannya.

Hal itu diungkapkan Prihasto pada Rabu pekan lalu saat memberikan kesaksian di hadapan Komite Pemberantasan Korupsi di Jakarta.

Prihasto mengaku mendapat ancaman tidak langsung saat SYL mengumpulkannya bersama pejabat eselon I Kementerian Pertanian lainnya.

Saat itu Pak Syahrul Yasin Limpo bilang, ‘Kalau tidak bersama saya, mundurlah’, kata Prihasto seperti dikutip Kompas.com.

Ia mengatakan, SIL mengancam pegawai eselon satu Kementerian Pertanian agar setia kepada menteri saat itu.

Menurut Prihasto, komitmen berarti mampu memahami berbagai permintaan SYL, termasuk kontribusi untuk kebutuhan yang tidak ada dalam anggaran Kementerian Pertanian. 2. Ancaman pemecatan

Selain itu, SL disebut mengancam akan memecat anak buahnya dari jabatannya di Kementerian Pertanian jika tidak memenuhi tuntutannya.

Hal ini dilaporkan oleh Ali Jamil Harahap, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.

Mulanya, jaksa menanyakan apa akibat jika pejabat Kementerian Pertanian tidak memenuhi tuntutan SYL.

Ali mengaku biasa menelpon pejabat terkait, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono.

Diakuinya, Cassidy beberapa kali meneleponnya sebelum permintaan SYL dipenuhi.

“Misalnya (telepon) sekjen direktorat utama atau kita” ini dimana? Kenapa belum juga datang? Selanjutnya jika masih belum terselesaikan akan dimutasi dan dipecat, jelas Ali.

Kisah serupa terjadi sebelum Erwin, Direktur Penyuluhan dan Konservasi Lahan Ditjen PSP, dicopot dari jabatannya karena tidak setia kepada SYL.

Saat itu, Erwin berstatus bawahan Ali.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Biro Umum Pengadaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Sukim Supandi.

Dalam persidangan Senin lalu, Sukim mengaku terpaksa menuruti semua permintaan anak-anak SIL karena takut dipecat.

Saat itu, Sukim harus merogoh kocek sendiri sebesar Rp 200 juta untuk merenovasi kamar Kemal Redindo, anak kedua SIL.

Sukim mengabulkan permintaan tersebut karena terpaksa.

Malu-malu, ia mengaku kepada juri bahwa ia takut kehilangan jabatan.

“Kenapa? Apa kamu takut dipecat?” kata hakim.

“Hahaha, benar, Yang Mulia,” kata Hakim Ponto.

“Tentu saja. Kalau tidak peduli dengan pelayanannya, kenapa melayani, kan? Kalau punya anggaran, lain cerita.”

“Siap, Yang Mulia.” 3. Risiko mutasi pejabat Kementerian Pertanian

Sementara itu, Isnar Widodo, mantan Kepala Bagian Rumah Tangga Kantor Umum dan Diklat Kementerian Pertanian, dalam kesaksiannya mengatakan dirinya diancam akan dipindahkan jika tidak menuruti permintaan SYL.

Dalam persidangan, Isnar awalnya membeberkan pihaknya akan mengganti biaya atau refund pesta ulang tahun cucu SYL.

Isnar tak ingat berapa jumlah uang yang diminta Kementan.

Namun pengembalian dana tersebut diberikan kepada Kementerian Pertanian melalui Panji Hartanto atau Aliandri, ajudan putra kedua SYL, Kemal Redindo.

Isnar pernah berusaha menghemat waktu untuk membayar royalti.

Alhasil, ia mendapat peringatan jika tagihannya tidak dibayar dalam waktu seminggu.

“Apakah ada yang menghubungimu dalam seminggu?” tanya jaksa.

“Ini Panji dan Ali,” jawab Isnar.

– Apa peringatanmu? – tanya jaksa.

“Kalau menahan amarah, Pak Dindo. Nanti bisa tergerak,” tegur Isnar.

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Ashri Fadilla) (Kompas.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *