TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis 25/04/2024 mengeluarkan pernyataan bersama para pemimpin 18 negara yang warganya disandera Hamas.
Dalam pernyataan bersama, mereka meminta Hamas segera membebaskan sandera di Gaza, Al Arabiya melaporkan.
Negara-negara yang menandatangani deklarasi tersebut: Amerika Serikat, Argentina, Austria, Brasil, Bulgaria, Kanada, Kolombia, Denmark, Prancis, Jerman, Hongaria, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Spanyol, Thailand, dan Inggris Raya.
Israel tidak dilibatkan dalam seruan tersebut, karena fokusnya adalah pada bantuan internasional untuk pembebasan para sandera.
“Kami menyerukan pembebasan segera semua orang yang disandera Hamas di Gaza selama lebih dari 200 hari,” kata Times of Israel.
“Nasib para sandera dan warga sipil di Gaza, yang dilindungi oleh hukum internasional, mengkhawatirkan seluruh dunia,” kata mereka.
“Kami menekankan bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera akan menghasilkan gencatan senjata segera dan abadi di Gaza, yang akan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan tambahan yang sangat dibutuhkan di seluruh Gaza dan mengakhiri permusuhan,” kata pernyataan bersama itu.
Dikatakan pula bahwa warga Gaza dapat kembali ke rumah dan tanahnya dengan jaminan suaka dan bantuan kemanusiaan.
“Kami sangat mendukung upaya mediasi untuk memulangkan komunitas kami. “Kami menyerukan Hamas untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri krisis ini sehingga kita dapat memfokuskan upaya kita bersama dalam membangun perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata para pemimpin tersebut.
Pada awal April, dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, keluarga para sandera Amerika meminta pemerintah untuk kembali mencoba mengeluarkan pernyataan bersama.
Amerika Serikat kali ini bisa mendapatkan dukungan dengan suara bulat karena pemahamannya terhadap situasi sandera yang semakin mengerikan di negara-negara tersebut.
Gedung Putih juga menyampaikan kepada mereka isi elemen perjanjian yang diterima Israel namun ditolak Hamas.
“Ada kesepakatan yang akan mengarah pada gencatan senjata segera dengan pembebasan sandera perempuan, terluka, lanjut usia dan sakit di Gaza dan siap untuk dilaksanakan. Kami berhasil menyelesaikannya dan Hamas menolaknya. “Akibatnya, pertempuran masih terjadi di Gaza,” kata seorang pejabat senior pemerintah.
Sebagai tanggapan cepat, seorang pejabat Hamas meremehkan tekanan Washington.
“Itu tidak masuk akal,” kata Sami Abu Zuhri, pejabat senior kelompok militan Palestina, menurut Times of Israel.
Hamas telah menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera dari Israel, Reuters melaporkan. Dibutuhkan waktu empat belas tahun untuk membersihkan puing-puing Gaza, termasuk persenjataan yang belum meledak.
Seorang pejabat PBB memperkirakan perang mematikan yang dilakukan Israel telah menyebabkan sekitar 37 juta ton puing di Jalur Gaza.
“Meskipun tidak mungkin untuk menentukan jumlah pasti persenjataan yang belum meledak yang ditemukan di kota-kota dan daerah padat penduduk, diperkirakan akan memakan waktu 14 tahun untuk membersihkan puing-puingnya,” kata Pehr Lodhammar, pejabat senior pekerjaan ranjau PBB. .
“Kami tahu bahwa biasanya setidaknya 10 persen amunisi darat yang ditembakkan dan gagal akan gagal,” kata Lodhammer.
“Kami akan bekerja selama sekitar empat belas tahun dengan seratus truk,” katanya
Kabar ditemukannya kuburan massal di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Jalur Gaza, menimbulkan kepedihan di kalangan warga Palestina.
Penemuan kuburan massal di Gaza pun menimbulkan berbagai reaksi internasional.
PBB menyerukan penyelidikan yang transparan dan kredibel.
Sejak penarikan pasukan Israel pada 7 April, lebih dari 300 jenazah telah dikeluarkan dari rumah sakit.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan pada Selasa (23/4/2024) bahwa lebih banyak jenazah ditemukan di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, fasilitas kesehatan terbesar di daerah kantong tersebut.
Lebih dari 300 jenazah telah ditemukan di dua rumah sakit utama Gaza sejak pengepungan Israel berakhir bulan ini.
Menurut Hani Mahmoud dari Al Jazeera, jenazah yang ditemukan di kuburan tersebut termasuk wanita, anak-anak, pasien, dan pekerja medis.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan para pekerja medis dan pengungsi yang berhasil meninggalkan rumah sakit sebelum tentara Israel mundur menggambarkan situasi di fasilitas medis tersebut.
(Tribunnews.com, Andari Vulan Nugrahani)