135 Anggota UNRWA Meninggal karena Diserang Israel, Sekjen PBB: Angka Tertinggi dalam Satu Konflik

TRIBUNNEWS.COM – Pada Jumat (6/7/2024), PBB mempublikasikan data mengenai jumlah korban jiwa di jajarannya sejak Israel menginvasi Gaza pada 7 Oktober 2023.

Tercatat, 188 staf PBB kehilangan nyawa saat menjalankan tugas pada tahun lalu.

Sayangnya, 135 dari 188 staf PBB yang tewas dalam serangan militer Israel di Palestina adalah anggota Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku prihatin mengingat tugas utama pekerja UNRWA adalah memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina, dan tidak memiliki kapasitas militer untuk menyerang tentara Israel yang membunuh mereka.

Guterres mengatakan tentara Israel menyerang sebagian besar pegawai UNRWA yang tewas saat bekerja di kantor dan tempat penampungan Palestina.

Selain itu, Guterres mengakui jumlah korban tewas sebanyak 135 orang merupakan jumlah tertinggi yang pernah dialami UNRWA dalam satu konflik atau bencana alam sejak terbentuknya PBB.

“Jumlah ini adalah yang tertinggi dalam satu konflik atau bencana alam sejak berdirinya PBB – sebuah kenyataan yang tidak dapat kami terima.” jelas Guterres seperti dilansir Anadolu Agency, Tribune News.

Guterres, dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Jenderal PBB, juga meminta Israel bertanggung jawab atas pembantaian yang dilakukan pihaknya terhadap pekerja UNRWA yang memiliki misi kemanusiaan dari komunitas internasional.

“135 anggota staf UNRWA yang meninggal di Gaza hidup dan mati sebagai perwakilan komunitas internasional di Gaza, dan komunitas ini berhak mendapatkan penjelasan (terkait dengan serangan Israel).”

“Saya pribadi merasa sangat sedih meskipun kami telah melakukan upaya terbaik, kami tidak dapat melindungi karyawan kami di Gaza,” katanya.

Guterres terus mengulangi seruannya kepada Israel untuk memberikan “penjelasan lengkap” atas pembunuhan anggotanya.

“Mereka berutang kepada keluarga, teman, kolega, dan dunia.”

“Sayangnya, kami tidak dapat menghubungi banyak anggota keluarga rekan-rekan UNRWA kami karena mereka terbunuh atau terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat operasi militer Israel. Mereka yang bertahan dan meninggal dikenang karena gelar profesional mereka.” Dia menambahkan.

Antara 1 Januari dan 31 Desember tahun lalu, kematian di antara pegawai PBB mencakup 37 negara, bekerja di 18 entitas berbeda, dan merupakan pegawai militer, polisi, dan sipil.

Guterres mengatakan, terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, mereka yang bertugas di bawah bendera PBB berhak mendapatkan perlindungan.

“Mereka adalah simbol persatuan bangsa-bangsa. Mereka adalah perwujudan multilateralisme. Mereka telah melakukan pengorbanan besar demi tujuan ini. Di dunia yang terpecah secara politik saat ini, nilai-nilai inti Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi lebih penting dari sebelumnya.” Dia selesai.

(Tribunnews.com/Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *