TRIBUNNEWS.COM – Dukungan Amerika Serikat yang terus berlanjut terhadap langkah Israel melakukan pendudukan militer di Palestina tidak hanya menuai kritik internasional, tetapi juga kritik dari warganya sendiri.
Kemarahan masyarakat Amerika terhadap pemerintahan Presiden Joe Biden terlihat dari gelombang protes mahasiswa di beberapa universitas ternama di Negeri Paman Sam.
Mahasiswa dari beberapa universitas tua Amerika telah melakukan demonstrasi dalam beberapa hari terakhir, menuntut pembebasan Palestina dari pendudukan Israel.
Tindakan ini terlihat dalam protes di Universitas Harvard, Universitas New York, Universitas Yale di Arizona, dan Universitas Negeri Politeknik Negeri California di Humboldt.
Protes paling panas dimulai di Universitas Columbia pada 17 April, dengan demonstrasi yang mengganggu kegiatan belajar mengajar di kampus.
Faktanya, 113 mahasiswa ditangkap pihak berwenang pada Senin waktu setempat (22 April 2024) akibat protes di Universitas Columbia.
Meningkatnya gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus AS juga menjadi kekhawatiran Iran.
Hal itu diumumkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Khanani pada Rabu (24 April 2024) waktu setempat.
Atas nama pemerintah Iran, Nasser meminta Amerika Serikat untuk menjamin kebebasan berekspresi dan berkumpul para mahasiswa dan profesor universitas, serta menghormati hak-hak mereka, seperti dikutip Kantor Berita Pusat Iran (IRNA) Tribun News.
Keinginan tersebut ia sampaikan melalui postingan di akun X miliknya pada Rabu lalu.
“Berita mengenai tindakan keras polisi dalam skala besar dan penangkapan mahasiswa Amerika karena mendukung rakyat Palestina merupakan pelanggaran serius terhadap hak pilih, kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia,” kata Nasser.
Ia menilai tindakan AS tersebut merupakan bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat dan demokrasi yang menjadi landasan negara Paman Sam.
“Tindakan ini menimbulkan kekhawatiran di banyak kalangan terhadap opini publik di seluruh dunia,” tulis Nasser.
Dia melanjutkan, “Penting bagi pemerintah AS untuk menjunjung tinggi kewajiban hak asasi manusianya untuk menjamin kebebasan berekspresi dan berkumpul bagi mahasiswa dan profesor universitas dan untuk menghormati tuntutan dan hak hukum mereka. ditambahkan
“Menciptakan iklim penangkapan dan pembungkaman terhadap pengunjuk rasa tidak akan menghapus dukungan dan peran utama pemerintah Amerika dalam genosida rezim Zionis terhadap rakyat Palestina,” ujarnya. Tanggapan Joe Biden terhadap penangkapan mahasiswa Amerika pro-Palestina
Hal itu menanggapi kontroversi yang muncul terkait penangkapan mahasiswa Universitas Columbia. Presiden AS Joe Biden juga bertemu dengan Perwakilan Alexandria Ocasio-Cortez, yang menentang perang Israel di Gaza, dan dua anggota parlemen liberal terkemuka lainnya.
Joe Biden memasuki Ruang Oval bersama Senator Bernie Sanders dan Ed Markey pada Selasa (23 April 2024) untuk membahas aspirasi nasional di tengah gelombang protes mahasiswa AS.
“Saya sudah lama belajar untuk mendengarkan wanita itu,” kata Joe Biden bulan lalu tentang Ocasio-Cortez, yang mengkritiknya karena mendukung genosida Israel di Gaza.
“Kami juga akan berbicara lebih banyak tentang belahan dunia lain,” tambahnya.
Pertemuan tersebut menyusul protes mahasiswa di kampus-kampus AS termasuk Universitas Yale, Universitas Columbia, Universitas New York dan universitas lain yang menolak bantuan AS ke Israel.
Lebih dari 100 mahasiswa yang berpartisipasi dalam protes ditangkap. Kritik terhadap Israel bukanlah anti-Semitisme
Merujuk pada gelombang demonstrasi untuk mengakhiri pendudukan Israel di Gaza, Joe Biden sebelumnya mengatakan pemerintah AS harus melindungi komunitas Yahudi.
“Bahkan dalam beberapa hari terakhir, kita melihat pelecehan dan seruan kekerasan terhadap orang Yahudi,” ujarnya, Minggu (21 April 2024).
Sementara itu, pengurus mahasiswa di Universitas Columbia menolak tuduhan anti-Semitisme yang dilontarkan Joe Biden.
“Beberapa penyelenggara [unjuk rasa] adalah orang Yahudi,” mengacu pada kelompok etnis anti-Semit yang melakukan protes terhadap Israel pada hari Selasa.
Suku Semit adalah kelompok etnis, budaya, atau ras yang terkait dengan masyarakat Timur Tengah seperti Arab, Yahudi, Akkadia, dan Fenisia.
Dia mengatakan media AS dan Barat yang pro-Israel menggunakan istilah “Semit” untuk merujuk pada teroris (Israel) yang tidak mewakili orang Yahudi.
Leah Salem, mahasiswa tingkat dua di Barnard College, mengatakan kepada Reuters bahwa dia adalah salah satu dari 15 mahasiswa Yahudi yang ditangkap di Columbia Park pekan lalu.
“Sangat jelas bagi kami bahwa pihak luar tidak memahami arti dari kamp-kamp ini,” katanya.
(Tribunnews.com/Bobby Wiratama/Unita Ramayanti)