10 Tentara Israel Bunuh Diri Sejak Oktober, Permintaan Perawatan Psikologis Naik Tiga Kali Lipat

Sejak 10 Oktober tentara Israel melakukan bunuh diri, permintaan akan perawatan kesehatan mental meningkat tiga kali lipat

TRIBUNNEWS.COM – Banyak tentara Israel menderita penyakit mental, kata media Israel “Hearts”, menambahkan bahwa sepuluh tentara telah melakukan bunuh diri sejak Oktober.

Permintaan layanan kesehatan mental di Israel meningkat tiga kali lipat sejak Oktober.

Stasiun penyiaran Israel, KAN, melaporkan bahwa jumlah warga Israel yang mencari perawatan psikiatris untuk gangguan mental meningkat tiga kali lipat, mencapai hampir 18.000 orang.

Awal tahun ini, jurnal “Eurasia” menerbitkan studi bersama antara Ruffin Academic Center Israel dan Universitas Columbia yang meneliti dampak 7 Oktober terhadap kesehatan mental di Israel.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa 29 persen warga Israel menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD), 42 persen menderita depresi, dan 44 persen menderita kecemasan dalam beberapa minggu setelah serangan tersebut. Angka ini dua kali lipat dari jumlah yang tercatat dua bulan sebelum serangan.

Media Israel sebelumnya mengungkap peningkatan kasus trauma psikologis di kalangan warga Israel sejak Oktober.

Menurut surat kabar Israel Mearib, asosiasi bantuan psikologis Aran mengalami puncak 100.000 permintaan bantuan psikologis dari berbagai kelompok dan usia pada saat itu.

Menurut surat kabar Israel Haaretz, sepuluh tentara telah melakukan bunuh diri sejak Oktober, beberapa di antaranya saat melawan pejuang Hamas di kota-kota Israel di sekitar Gaza. Media Israel: 10 tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober

Surat kabar Israel “Haraz” mengungkapkan jumlah pasukan pendudukan Israel yang melarikan diri setelah tanggal 7 Oktober, namun setuju untuk tidak mempublikasikan rinciannya.

Surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan bahwa 10 anggota pasukan pendudukan Israel (IDF) telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober, beberapa di antaranya terjadi saat bentrokan di permukiman sekitar Gaza.

Meskipun sebagian besar kasus bunuh diri di IDF melibatkan tentara muda, peristiwa 7 Oktober memiliki dampak psikologis yang tidak biasa pada personel IDF secara umum, kata para ahli yang dikutip oleh surat kabar tersebut.

IDF secara tak terduga harus menghadapi kecenderungan bunuh diri di kalangan tentara dan perwira, baik di tentara reguler maupun di cadangan, terutama mereka yang berusia tiga puluhan dan empat puluhan.

Haaretz menyoroti kasus seorang petugas layanan umum ditemukan tewas di dalam mobilnya dua minggu setelah dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa.

Menurut IDF, tidak ada kesamaan yang ditemukan antara kasus bunuh diri tersebut dan kejadian pada tanggal 7 Oktober, namun anggota keluarga dan rekan kerja melaporkan bahwa beberapa tentara yang tewas mengalami tekanan psikologis pada hari itu juga.

Lebih lanjut, data pendudukan Israel melaporkan bahwa sepuluh tentara dan perwira melakukan bunuh diri sejak awal perang hingga 11 Mei, namun IDF menolak mengungkapkan nama atau rincian mereka yang melakukan bunuh diri.

Berdasarkan data yang sama, 620 tentara IDF dinyatakan tewas sejak dimulainya perang di Gaza, namun jumlah sebenarnya dalam catatan tentara pendudukan adalah 637 orang.

Dari jumlah tersebut, 17 tentara kolonial tewas dalam kecelakaan lalu lintas dan lainnya bunuh diri namun tidak secara resmi dinyatakan meninggal.

Surat kabar tersebut menekankan bahwa militer Israel secara historis menyembunyikan data bunuh diri personel IDF.

Dalam beberapa tahun terakhir, IDF secara konsisten menolak untuk merilis data mengenai jumlah tentara yang melakukan bunuh diri, sehingga semakin mengaburkan permasalahan tersebut.

(Sumber: Middle East Monitor, Al Maydeen)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *